http://infodaftarsnmptnsbmptn.blogspot.com/2013/06/hasil-pengumuman-sbmptn-2013-dancara-melihatnya.htmlPanitia lokal seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan peserta calon mahasiswa yang tertangkap basah memakai jasa joki di kelas ujian Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga pada Selasa lalu merupakan korban. Anwar Effendi, juru bicara panitia lokal tersebut, mengatakan peserta asal luar Jawa itu bertemu dengan joki di gerai Bank Mandiri, tempat pembayaran pendaftaran yang ada di sekitar Universitas Negeri Yogyakarta. "Dia lalu diajak ke rumah makan dan ditawari joki SBMPTN.
Joki tadi juga menawari jasa fasilitas memasuki kampus ternama lainnya," ujarnya kemarin.
Menurut Anwar, data yang diperoleh tim pengawas UIN Sunan Kalijaga menyebutkan peserta pemakai joki itu diminta membayar terlebih dulu separuh dari biaya jasa joki. Joki yang menawari jasa pengiriman jawaban ujian tersebut lalu memberikan ponsel berbentuk jam tangan. "Peserta ini jelas korban penipuan. Sekolah dan orang tuanya sudah kami hubungi. Kalau dia mau lapor polisi, akan kami fasilitasi," ucapnya.
Penemuan pemakai jasa joki dalam SBMPTN hari pertama memicu kewaspadaan pengawas di kampus lain.
Anwar menambahkan, laporan detail tentang penemuan kasus joki memang tak hanya ditulis dalam berita acara untuk panitia pusat, tapi juga disebarkan ke tim pengawas di Universitas Gadjah Mada dan UNY. Koordinator tim pengawas SBMPTN dari UIN Sunan Kalijaga, Casmini, tetap tidak mau berbicara banyak mengenai hasil pemeriksaan terhadap seorang peserta yang diduga memakai jasa joki pada hari pertama ujian SBMPTN di kampusnya.
"Maaf, kami masih mendalami kasus ini."
Sementara itu, koordinator pengawas SBMPTN kelompok pilihan saintek yang berlokasi di kampus UGM, Rizal Mustansyir, mengatakan juga meningkatkan pengawasan pasca-penemuan aksi perjokian pada hari pertama ujian kelompok pilihan campuran di UIN Sunan Kalijaga. "Kami waspadai setiap indikasi dan langsung menelusuri kebenarannya," kata dia.
Namun, Rizal melanjutkan, pengawas di UGM hanya menemukan sejumlah indikasi tanpa ada bukti kuat.
Dia mencontohkan, adanya tiga peserta ujian di kelas kampus Fakultas Geografi, Geodesi, dan Geologi yang memiliki nomor pendaftaran ganda. "Setelah kami telusuri, ternyata nomor pendaftaran lainnya memang kosong, jadi tidak dipakai untuk perjokian," ujarnya.
Menurut Rizal, pengawas juga sempat menemukan profil peserta yang wajahnya tidak mirip dengan gambar foto di data pendaftaran. Tapi, ternyata, peserta itu tampak kurang mirip dengan gambar di foto pendaftarannya karena saat mengikuti ujian memakai jilbab. "Di foto pendaftaran, dia tidak berjilbab.
Setelah dicek satuan keamanan putri, peserta tadi bukan joki," ujarnya.
Temuan terakhir, ada salah satu peserta di kelas kampus Fakultas Psikologi UGM yang masih membawa ponsel saat melaksanakan ujian. Peserta itu membawa dua ponsel, tapi hanya satu yang diserahkan kepada pengawas ujian. "Dia hanya lupa tidak menyerahkan. Kami cek data pesan dan panggilan di ponselnya, tidak ada indikasi informasi jawaban," tutur Rizal.
Rizal mengatakan semua pemeriksaan terhadap peserta yang mencurigakan dilakukan tim pengawas di luar waktu ujian. Hasil penelusuran cukup meyakinkan karena semua orang tua peserta yang diperiksa juga sudah dihubungi. "Hasilnya kami catat di berita acara," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar